Juli 02, 2018

Kisah dari Bo'a : Tentang Bo'a

Kali ini perjalananku singgah di salah satu pulau terselatan Indonesia. Berada di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Pulau Rote. Tepatnya di Desa Bo’a. Desa dengan keramahan penduduknya serta keindahan pantainya.

Selasa, 26 Juni 2018
Pagi itu aku menjajakan kakiku di bandar udara D.C. Saudale. Saat itu angin bertiup kencang membuat pohon-pohon lontar bergoyang menyamakan irama tarian dedaunannya. Udara segar dan hangat mentari menyambut kami yang akan melakukan kegiatan pengabdian selama beberapa hari kedepan. Setelah mengambil barang bawaan serta donasi, aku bersama 36 delegasi lainnya bertolak menuju Desa Bo’a menggunakan truk
.  
Perjalanan ini cukup menyenangkan, 37 manusia didalam bak truk. Masing-masing membawa bekal semangat yang besar juga keikhlasan menularkan kisah dan kasih untuk masyarakat Bo’a. Pada kesempatan ini, kami terbagi menjadi empat divisi yaitu pendidikan, ekonomi kreatif, kesehatan, dan lingkungan. Dan tentu saja aku masih setia untuk menetap pada divisi lingkungan. Perjalanan menegangkan selama kurang lebih satu setengah jam kami tempuh dengan senang hati. Bertukar tawa sebab sang supir truk begitu cepat mengendalikan kendaraannya,mungkin lupa ada nyawa yang ia bawa. Sampai-sampai beberapa dari kami terjatuh dan tak sengaja mematahkan papan dari badan truk ketika truk sedang melaju kuat-kuat menembus sabana-sabana emas Rote.

Truk berhenti, kami tiba di depan sekolah SD SMP N SATAP (dibaca : seatap). Beberapa saat setelah kami beristirahat sejenak sembari menanti bapak desa, kami bahu membahu menurunkan tas serta donasi untuk diletakkan di SD SMP N SATAP. Yaaa, sekolah ini akan menjadi posko dimana kami akan beristirahat dan berdiskusi selama melakukan pengabdian. Dari posko kami, samar-samar terdengar suara deburan ombak juga riuhnya dedaunan lontar dan kelapa yang bergemerisik sebab dibelai angin. Damai sekali.

Sorenya setelah penyambutan dari desa, kami divisi lingkungan mulai mengerjakan program kerja pertama kami yaitu pemetaan sosial dan lingkungan desa. Disini kami ditemani oleh bapak kepala dusun dan seorang pemuda desa berwawasan luas, namanya Hendra. Dari program kerja ini kami banyak mendapatkan informasi-informasi penting desa Bo’a.

Rupanya ketika kami menyusuri Bo’a, sebagian wilayah Nusa Tenggara Timur sedang memasuki musim angin timur, pantas saja angin begitu kencang sejak pertama kali kami tiba. Hal itu menyebabkan petani rumput laut harus membuka ladang di pantai sebelah, Nemberala. Selain itu kamu juga mengetahui bahwa mata pencaharian mayoritas masyarakat Bo’a adalah bercocok tanam ubi dan sawah serta beternak, sebagian juga mencari peruntungan dibidang resort dan villa yang mulai di bangun di desa Bo’a.

Salah satu keunikan di desa ini adalah, hewan ternak tidak memiliki kandang. Masyarakat Bo’a melepas segala hewan ternaknya di halaman rumput sekitar rumahnya. Jadi, tak jarang jika kita melihat sapi, babi, juga kambing berada disisian jalan bahkan sesekali menyeberangi jalanan sepi. Tepat sekali ketika babi-babi selesai menyeberang didepan kami,bapak kepala dusun berkata “ Nah,begini cara panggil babi disini, ou ou ou ou ou ou” , tak lama kemudia babi-babi mulai berjalan mendekati kita.

Sore itu kami habiskan dengan banyak berbincang-bincang tentang adat dan kebiasaan masyarakat Bo’a dan adat kebiasaan kami para delegasi. Bertukar informasi dan percakapan-percakapan hangat lainnya
0

0 komentar :

Posting Komentar