Juni 20, 2017

Rindu Terakhir

Aku pernah ingin menjadi rintik yang kau rindui, nyatanya aku yang merindu sendiri. Aku pernah ingin sekali menjadi alam yang kau taklukkan, nyatanya aku yang tak berdaya dengan ketidak pastian. Aku pernah ingin jadi senja yang kau nanti-nanti, nyatanya aku hanya gelap yang kau hindari. Aku pernah ingin jadi bait-bait indah yang selalu kau senandungkan, nyatanya aku hanya sajak nestapa. Aku pernah ingin jadi detakmu, nyatanya aku tak menemukan keberadaannya. Aku pernah ingin menunggumu setengah mati, nyatanya aku telah tersungkur pada pernyataanmu.

Aku mengaku kalah, dan aku menyerah. Aku bukan rumahmu untuk kembali dari petualangan. Kamu terlalu liar untuk ku luluhkan, juga terlalu beku untuk ku cairkan. Kepadaku, pernah pada suatu kali seseorang berkata, cinta itu tak boleh egois. Mungkin dari detik ini, aku harus berdamai dengan keadaan. Dimana aku harus menerima sebuah nyata dengan sepaham-pahamnya dan sesadar-sadarnya. Aku, sudah seharusnya mundur dari memperjuangkan rasa.

Biar malam ini jadi malam terakhir aku rinduimu, malam terakhir cintaimu, dan malam terakhir bulir ini mengalir dengan muaranya bernama kamu. Biar renjana ini milikku seutuhnya malam ini. Biar sinar bulan dipenghujung malam nanti menghapusnya dan merenggut semua ingatan tentang kamu. Biar kerlip bintang menyerap segala cinta, membawanya melesat di angkasa gelap sana. Karna yang indah biar saja menerangi dalam gelap malam. Dan, biar gerimis nanti yang akan membasuh sisa perihnya. Hatiku biarkan saja biru kelam.

Biar dulu fraksi dari kepingan rasa ini terberai. Terpecah-pecah menjadi dingin yang menusuk. Nanti pada saatnya retakan akan menyatu. Entah karena disembuhkan oleh yang tepat atau usahaku sendiri yang berusaha menyatukan setiap potongan partikelnya.
Meitadiva Dyatma Nauradini
20/06/17|00.14

10/10/18
Musikalisasi by : Rizka Alya Faizaty
Backsound : Teddy Aditya - Why Would I Be
0

Mei 08, 2017

Teruntuk Senja(ku)

Teruslah menari senja(ku), karna aku tak akan tau kemana cintamu akan berlabuh dipenghujung nanti. Aku akan tetap dibawah sini, sebagai samudera yang terus mempercantikmu dimata penikmat. Mengamatimu kala kau datang dan pergi. Memberi alunan-alunanku agar semakin gila penikmat mengagumimu. Senja(ku), teruslah menari, jadilah bagian dari dirimu sendiri. Lepaskan bebanmu dengan tarian bebasmu dengan pekikan jiwamu. Teruslah menari, berikan semburat yang begitu elok karena mungkin saja saat ini terakhir kalinya aku dapat melihatmu menari sebagai senjaku yang bebas.

Senja(ku), mengertikah? Ketika aku mendengar pembicaraanmu dengan langit waktu itu, aku sedih bukan main. Katanya kau ingin kekasih. Kemarin malam langit juga berkisah denganku, katanya kau sedang jatuh cinta pada bintang mungil yang bersinar terang itu. Senjaku, ternyata sesendu ini menahan ombakku yang ingin segera membaur dengan badai. Dayaku bahkan habis hanya sebatas membuat samuderaku setenang biasanya. Ah tapi bukankah kita memang berada di tempat yang berbeda? Bahkan aku tidak yakin aku dapat menyentuhmu. Fatamorgana saja yang menampakan kita saling menyatu, padahal kita berlainan singgasana.

Hei, senja(ku). Memang benar kata angin yang selalu menemaniku. Mungkin kau hadir hanya sebatas sebagai senja buatku. Kamu indah, tapi akan segera pergi nanti. Jadi aku hanya mampu jatuh hati berkali-kali kepadamu tanpa mampu ku rengkuhmu.  Senjaku, jika memang kau inginkan kekasih, carilah kekasih yang tulus cintaimu, agar ia mampu mebuatmu semakin indah. Carilah kekasih yang mampu membubuhkan emas dikilau jinggamu. Aku berdoa,semoga bintang kecil yang indah itu tidak akan melukaimu. Karna aku, tak menginginkan senjaku menjadi muram.

Namun senja, jika nanti sang bintang sudah mengutarakan rasa yang sama sepertimu. Tetaplah jadi senja yang luar biasa, yang selalu menyapa di tiap sore-soreku dengan warna-warni barumu. Ya, sesederhana itu yang aku pinta. Aku akan merindukanmu senja, sambil terus menyabarkan ombakku agar mengindahkan detik-detik kebersamaanmu dengan si bintang yang tak kalah indahnya denganmu. Selamat tinggal senja(ku). Semoga aku mampu menyudahi takkeberdayaan jatuh hati padamu ini.



2