Aku
pamit untuk berkelana kembali. Mencari makna-makna lagi. Mengejar satu dari
sejuta mimpiku, menjamah indahnya Indonesiaku yang tertutupi dengan segala
keterbatasan. Mencumbui tanah-tanah dan lautan luas yang terkalahkan dengan
kelap-kelip lampu kota dan hiruk pikuknya.
Aku
pamit, aku merindui lautan Indonesia. Aku rindu melihat hijaunya Indonesia
dari udara. Aku rindu bertemu dengan orang-orang baru. Aku rindu membaur dengan
kesederhanaan penduduk pulau-pulau terdepan Indonesia. Menyatu dengan teriknya
sabana-sabana.
Aku
pamit untuk membawa bilur yang akan aku terbangkan ketikaku berlayar. Mengganti
segenggam lara dengan tawa. Membebaskan diriku dari apa-apa yang rupanya
sia-sia. Mengelabuhi tenggat dan seribu wajah. Melepas penat dan belenggu
teriakan dan makian.
Aku
pamit bertemu biru, hijau, jingga, dan warna lain milik Indonesia yang selalu
aku kagumi. Aku pamit melihat singgasana para bintang dan sang ratu kirana di
rumah-rumahnya di pulau terselatan Indonesia.
Aku pamit sejenak, nanti akan
kembali lagi.
Pulang, dengan buah tangan kisah.